watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

DENGAN SUAMI ORANG

Aku baru saja selesai mandi saat HP-ku
berdering. Dari nada deringnya dapat kuketahui
kalau dering itu dari nomor telepon salah
seorang klienku. Dengan dalam keadaan masih
telanjang bulat aku bergegas keluar dari kamar
mandi, yang langsung tembus ke kamarku,
kamar mandiku memang terletak di dalam
kamar.
Sambil mengeringkan badanku dengan handuk,
aku menerima telepon dari rumah Pak Budi,
seorang klienku.
"Hallo..! Selamat sore", sapaku setelah menekan
tombol.
"Hallo..! Sore Dok..!" balas suara anak kecil di
seberang sana. Aku segera bisa mengenali suara
di seberang sana, ini adalah suara Andi putra
semata wayang Pak Budi.
"Hai..! Andi ya? Ada apa Ndi?" tanyaku.
"Dok! Carla baru saja melahirkan, cepet dong ke
rumah", pinta Andi kekanak-kanakan. Andi
memang baru berusia 6 tahun, dan Carla yang
dimaksud adalah nama anjingnya yang berjenis
mini pincher, bentuknya seperti anjing
doberman namun kecil sekali oleh karena itu
disebut mini pincher.
"Lahir berapa anaknya Ndi?" tanyaku lagi.
"Ndak tau Dok! Papa yang tungguin sekarang,
dokter ke sini dong!" cerocos Andi lagi.
"Baiklah aku langsung ke sana sekarang, tunggu
aja ya" sahutku.
"Terima kasih Dok! Daah..!" sambung Andi
sambil menutup telepon tanpa menunggu
jawaban dariku lagi.
Selesai berbicara dengan Andi melalui telepon,
aku pun segera mengenakan pakaian. Aku
memakai hem longgar kotak-kotak warna merah
maroon yang serasi warnanya dengan rok
miniku yang juga berwarna merah maroon.
Selesai berpakaian aku bergegas menuju ke
rumah Pak Budi di kawasan elite Margorejo
Indah.
Sesampai di rumah Pak Budi ternyata Andi
sudah menungguku di halaman rumahnya
bersama seorang baby sitter. Satpam langsung
membuka pintu pagar mempersilakanku untuk
langsung masuk. Rumah Pak budi memang
cukup besar seperti rumah-rumah lainnya di
sekitar perumahan Margorejo Indah,
halamannya juga luas. Kuparkir mobilku di
depan garasi di samping mobil mewah milik Pak
Budi, kontras sekali dengan mobilku yang butut
keluaran tahun 90-an.
Begitu turun dari mobil, Andi langsung
menggandeng tanganku mengajakku masuk.
Kami masuk lewat garasi yang langsung tembus
ke dapur yang letaknya bersebelahan dengan
ruang makan. Di samping ruang makan ada
pintu menuju halaman belakang. Di salah satu
pojok dekat kamar pembantu, di situlah rupanya
tempat yang telah disediakan untuk Carla
melakukan proses kelahiran. Pak Budi tampak
sedang berjongkok di dekat box tempat Carla
melahirkan.
"Sore Pak Budi" sapaku.
"Ee.. Lia..! Sore.., aduh maaf sudah bikin repot",
sambut Pak Budi ramah.
"Ini si Andi yang bingung terus sejak tadi"
tambah Pak Budi.
"Sudah lahir berapa ekor Pak?" tanyaku pada Pak
Budi.
"Sudah dua ekor dan keduanya betina,
sepertinya masih ada lagi di dalam" jelas Pak
Budi padaku.
"Ayo gantian, sekarang ahlinya sudah datang
dan aku akan mandi dulu" Imbuh Pak Budi
sambil mempersilakanku menempati posisinya.
Aku mendekat ke box tempat Carla melahirkan
bayi-bayinya yang mungil, sementara itu Pak
Budi naik ke lantai dua rumahnya, mungkin
bersiap-siap untuk mandi. Aku ditemani Andi
tetap menunggui Carla yang tampaknya sudah
mulai gelisah lagi, pertanda anaknya yang ketiga
akan lahir.
Saking asyiknya aku menunggui bayi ketiga Carla
lahir, rupanya aku tidak sadar bahwa posisiku
sedang berjongkok saat itu hingga otomatis
pahaku bagian belakang terbuka lebar karena rok
miniku bawahannya memang sangat lebar.
Memang rok seperti ini biasanya dipakai oleh
para cheerleader hingga dengan sendirinya kalau
dilihat dari depan arahku berjongkok, semua isi
dalam rok miniku dapat terlihat dengan jelas oleh
Andi yang duduk di lantai tepat di hadapanku.
Rupa-rupanya si kecil ini sejak tadi telah tertegun
memandang isi rok miniku. Aku memang
memakai CD, namun CD-ku sangat mini, terbuat
dari renda yang ukurannya hanya selebar jari
melingkar di pinggangku, selebihnya juga
berupa renda yang ukurannya sama
tersambung dari belakang pinggangku, turun ke
bawah melalui lipatan pantat melingkari
selangkanganku. Hanya bagian depannya saja
ada penutup yang ukurannya tak lebih dari
seukuran dua jari berbentuk hati menutupi
bagian depan liang vaginaku, sehingga CD warna
merah yang kukenakan ini tidak mampu
menutupi bulu kemaluanku yang menyeruak
keluar dari celah-celah lipatannya. Rupanya bulu-
bulu kemaluanku inilah yang menarik perhatian
Andi.
"Dok! Itu kok ada rambutnya?" tanya Andi
keheranan sambil menuding ke arah pangkal
pahaku.
Aku cukup terkejut dan langsung mengubah
posisiku. Kini aku berlutut di depan box. Aku
tidak dapat menjawab pertanyaan Andi, untung
saja bersamaan dengan itu dari arah belakang
saat kutengok ternyata Pak Budi datang
menghampiri kami. Pak Budi rupanya sudah
selesai mandi. Saat ini dia memakai celana
pendek longgar dan T Shirt. Namun tiba-tiba
Andi berkata pada ayahnya..
"Pa! Bu dokter sininya ada rambutnya" lapor
Andi pada Pak Budi sambil menunjuk ke arah
selangkangannya sendiri. Mukaku langsung
memerah karena jengah, untung saja Pak Andi
cukup bijak dan langsung menegur Andi.
"Hush, tidak boleh ngomong begitu". Andi
rupanya masih belum mengerti mengapa
papanya melarangnya bertanya. Tak lama
kemudian Bu Lusi istri Pak Budi muncul dan
menyapaku..
"Hey Nat! Sudah lama?" sapa Bu Lusi, Bu Lusi
memang biasa menyapaku "Nat", kalau Pak Budi
lebih suka menyapaku "Lia", tidak masalah
bagiku.
"Ooh..! Selamat sore Bu!" sahutku pada sapaan
Bu Lusi.
"Eeh..! Nat! Kamu di sini dulu ya, nanti makan di
sini sekalian saja, kita makan malam sama-sama,
aku sekarang mau ngantar Andi ke ulang tahun
temannya sebentar, kita tidak akan lama kok,
paling cuma kasih kado sebentar terus langsung
pulang" demikian jelas Bu Lusi padaku, rupanya
Bu Lusi akan pergi mengantar Andi yang
memang sejak tadi tampak sudah selesai mandi.
Akhirnya Bu Lusi pergi mengajak Andi yang
didampingi baby sitternya. Tinggallah aku di
rumah besar itu bersama Pak Budi dan beberapa
pembantunya, namun saat ini pembantu Pak
Andi sedang sibuk di halaman rumah depan, ada
yang menyapu halaman, ada yang menyiram
taman dan yang satu lagi sedang membersihkan
ruang tamu. Ini kuketahui saat aku datang tadi.
Kini tinggallah aku berdua dengan Pak Budi di
teras halaman belakang yang cukup luas, untung
Pak Budi tidak lama berdiri di dekatku. Pak Budi
duduk di sofa teras belakang, yang letaknya di
belakangku, jadi aku memunggunginya tapi
jaraknya agak jauh, karena posisinya yang
menghadap ke arahku maka saat aku sedikit
membungkuk sewaktu membantu proses
kelahiran Carla, tanpa kusadari bagian belakang
rok miniku sedikit terangkat.
Karena rok yang kukenakan mini sekali maka
begitu terangkat sedikit bentuk pantatku dapat
terlihat dengan jelas oleh Pak Budi yang
duduknya memang agak jauh dariku, namun
posisi ini justru lebih menguntungkan baginya.
Dengan jelas sekali Pak Budi memperhatikan
lekuk belahan pantat dan pahaku bagian atas
yang mulus itu. Pemandangan ini rupanya
cukup membuat Pak Budi horny hingga dia
sudah tidak tahan lagi, kemudian berdiri dan
berjalan mendekatiku.
"Lia..! Tadi yang dimaksud Andi rambut apa
toh?" Tanya Pak Budi pura-pura ingin tahu. Aku
sedikit terkejut dengan pertanyaannya.
"Aaah..! Pak Budi ini kok ikutan tanya yang
bukan-bukan?" sahutku tersipu malu.
Pak Budi ikut berjongkok di sampingku, tidak
lama kemudian kedua tangannya meraih
lenganku dan mengangkatku berdiri, kami pun
berdiri berhadap-hadapan. Seketika itu juga Pak
Budi langsung menciumku. Aku berusaha
mengelak, namun Pak Budi lebih agresif
memeluk sambil melumat bibirku.
Usia Pak Budi sekitar 35 tahun, wajahnya
lumayan ganteng, badannya tegap dan gagah.
Lumatannya membuatku horny, terlebih saat
tangannya mulai menyusup ke dalam rok
miniku, tangannya mengelus bagian depan
pahaku hingga membuatku terangsang dan
sedikit tak berdaya.
Akhirnya aku pun mulai berani membalas
lumatan bibirnya. Kami berpagutan sambil
berdiri, sementara tangan Pak Budi menyusup
semakin ke atas pahaku, kurasakan jari-jari
tangannya mulai menyentuh ujung CD-ku. Aku
merasakan sebuah rangsangan yang cukup
dahsyat, terlebih saat jari-jari tangan Pak Budi
mulai menjelajah di selangkanganku. Vaginaku
diremas-remas dari luar CD-ku, bibirnya tetap
tidak berhenti melumat bibirku, lidahnya
dijulurkan ke dalam mulutku, aku pun membalas
dengan menghisapnya, demikian pula
sebaliknya, kujulurkan lidahku ke dalam mulut
Pak Budi dan Pak Budi langsung melumat dan
menghisap lidahku.
Merasa tempat kami saat ini kurang aman dan
bisa tiba-tiba kepergok oleh pembantunya, maka
Pak Budi membisiki telingaku sambil mengajakku
masuk ke dalam. Pak Budi rupanya juga tahu
kalau posisiku saat ini sudah tidak mungkin lagi
menolak, karena aku sudah benar-benar
terangsang olehnya hingga ujung CD-ku juga
sudah lembab oleh elusan jari-jarinya. Maka aku
pun mengikuti Pak Budi dari belakang saat ia
masuk menuju ruang keluarga dan kami
menyelinap ke sebuah kamar tidur yang biasa
mereka pakai kalau ada tamu atau kerabat yang
datang menginap.
Setelah menutup dan mengunci pintu dari
dalam, Pak Budi langsung menciumku kembali
sambil merebahkan tubuhku ke tempat tidur.
Kakiku masih terjuntai ke bawah sehingga
posisiku yang telentang begini membuat bagian
depan rok miniku terangkat sampai pangkal
paha.
Tangan Pak Budi langsung mengelus
selangkanganku yang tersembul keluar, jari
tangannya segera disusupkan ke dalam CD-ku
melalui ujung lipatannya. Ujung jari Pak Budi
langsung dapat menyentuh bibir vaginaku
dengan mudahnya. Dielus dan digesek-
gesekkannya bibir vaginaku dengan jarinya,
sementara jari telunjuknya mengorek-ngorek
klitorisku.
Tangan kirinya mulai membuka kancing hem-ku
satu persatu hingga buah dadaku langsung
terpampang dengan jelas karena aku tidak
memakai BH. Seperti kisahku terdahulu, aku
memang sejak kecil tidak suka dan tidak terbiasa
mengenakan BH hingga hingga kini usiaku sudah
28 tahun, aku tetap tidak pernah memakai BH,
jadi tak heranlah kalau aku juga tidak tahu berapa
besar ukuran payudaraku.
Yang jelas payudaraku tidak terlalu besar
bentuknya, namun sangat indah dan berwarna
sedikit merah muda agak kecoklatan di puting
dan sekitarnya. Kini payudaraku pun sudah
mulai mengeras, dan giliran mulut Pak Budi
turun mengulum kedua payudaraku secara
bergantian. Dihisapnya puting susuku sambil
memainkan ujung lidahnya di ujung puting
susuku.
Tangan kanan Pak Budi mencari dan melepas
pengait rok miniku dan kubiarkan saja bahkan
kuangkat sedikit pinggangku agar dia lebih
mudah melepas pengait rok-ku, kemudian ditarik
dan dilemparkannya begitu saja ke lantai.
Langsung saja sisa penutup alat vitalku ditariknya
ke bawah, kakiku pun membantu melepas CD
yang kukenakan.
Serta merta Pak budi langsung saja
membenamkan wajahnya di selangkanganku
sambil tangannya membuka kedua pahaku
lebar-lebar. Posisinya sekarang berjongkok di
tepian tempat tidur dan wajahnya berada tepat di
pangkal pahaku, bibirnya mengulum bibir
kemaluanku dengan lembut, lidahnya
dijulurkannya di antara lipatan bibir vaginaku.
"Ayo masukin dong Pak!" pintaku pada Pak Budi.
Mungkin karena Pak Budi juga tak ingin ketahuan
istrinya yang mungkin saja tiba-tiba pulang,
maka ia pun begegas melepas celananya. Batang
kemaluannya yang tidak terlalu besar, ukurannya
biasa saja, langsung ditancapkannya ke dalam
liang vaginaku.
Kami bermain tidak terlalu lama karena takut
istrinya tiba-tiba muncul, namun kami
merasakan orgasme secara bersama-sama saat
itu. Sungguh sangat berkesan sekali kejadian itu.
Enak juga ML sambil curi-curi karena takut
ketahuan.
Tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/1694
U-ON

inc Powered by Xtgem.com